PGI Rayakan HUT Ke 74 Tahun Gerakan Oikumen Semakin Menggeliat
PGI Rayakan HUT Ke 74 Tahun Gerakan Oikumen Semakin Menggeliat
Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI) merayakan hari ulang tahun ke 74 yang digelar di Gereja Kristen Muria Indonesia (GMKI) Anugerah Jakarta, Jalan Taman Tanah Abang III No 2, Petojo, Jakarta Selatan, Sabtu 23 Mei 2024.
HUT Ke 74 PGI kali ini mengangkat tema Menjadi Satu dengan Sempurna Yohanes 17: 23. Perayaan yang dimulai pukul 16.00 WIB diawali dengan puji-pujian oleh para pemuji dari GKMI, sedangkan renungan firman Tuhan disampaikan oleh Pdt DR. Agus W. Mayanto yang juga ketua umum sinode GKMI.
Dengan penuh semangat Pdt Agus dalam renungannya mengatakan bahwa gereja adalah produk Allah sehingga gereja harus memposisikan agak laen. Artinya gereja harus menempatkan posisi yang berbeda. Kenapa ketika gereja berselingkuh dengan penguasa apa yang terjadi justru gereja dipenuhi kekerasan dan korup menjadi sangat hirarki, struktural sehingga kehilangan egalitarnya.
Dan bersyukur melalui PGI, menandakan bahwa para pedahulu kita sudah memikirkan dan bertindak bahwa gereja memiliki keberanian untuk permusyaratan untuk duduk bersama atau istilah sekarang ngopi bareng. Berangkat dari sinilah bahwa kehadiran DGI atau PGI sekarang sebuah karunia Allah karena itu anugerah Allah sehingga layak dirayakan.
Sementara monsinyur Bunyamin perwakilan dari Konfrensi Wali Gereja Indonesia (KWI) dalam kata sambutanya, menegaskan bahwa kehadiran PGI dan KWI merupakan dua komunitas yang sangat erat. Di mana setiap hajatan KWI, PGI selalu hadir untuk memberikan masukan.
Terkait dengan perayaan HUT Ke 74 Tahun, Monsinyur Bunyamin mengatakan bahwa PGI agar dimampukan untuk bersatu dengan semangat kebersamaan, untuk mencapai hal tersebut maka perlu ketertundukan, kerendahan hati, sehingga mampu berjalan bersama-sama.
Giliran Ketua umum PGI, Pdt. Gomar Gultom dalam kata sambutan mengucapkan puji syukur pada Tuhan yang dalam pengasihanNya memungkinkan kita mengarungi bahtera oikoumene, selama 74 tahun. Keragaman gereja-gereja di Indonesia adalah suatu kekayaan dalam menghadirkan diri di tengah masyarakat, kalau gereja-gereja sedia berjalan bersama dan melihat Indonesia sebagai satu ladang bersama pula.
Hanya dengan demikian, gereja-gereja yang beragam itu mampu mengaku sebagai tubuh Kristus, yang adalah satu adanya. Tetapi kesatuan gereja itu bukanlah demi dirinya sendiri, tetapi terutama adalah untuk dunia ini, karena kita dipanggil untuk pergi keluar dan menghasilkan buah. Gereja buat yang lain, kata Dietrich Bonhoeffer
Kesatuan sebagai tubuh Kristus yang satu itu kini lebih dibutuhkan lagi dalam kita menghadapi ragam tantangan di tengah bangsa kita.
Kita baru saja menyelesaikan pesta demokrasi pada Februari lalu. Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden akan segera terbentuk Oktober nanti. Saatnya kini kita semua bersatu mendukung pemerintahan baru, apapun pilihan politik kita di masa Pemilu.
“Saya kira tidak mudah bagi pemerintah baru untuk mengelola negeri kita yang besar ini di tengah tantangan global sebagai akibat perlambatan ekonomi dan konflik geopolitik yang terjadi. Dalam kondisi sedemikian, kiranya PGI bersama gereja-gereja tetap dapat berpartisipasi aktif secara positif, kritis, kreatif dan realistis sebagai mitra strategis dan kritis pemerintah”, tandas Pendeta Gomar yang akan mengakiri jabatannya November 2024 nanti.
Pekerjaan rumah PGI sepertinya tak habis-habisnya. Kita masih harus berhadapan dengan ragam masalah kemanusiaan dan lingkungan, termasuk penegakan HAM di Papua, aksi-aksi intoleran dan ragam penutupan gereja. Berbagai masalah ini tentu menantang semangat oikoumenis kita.
Dikesempatan itu Gomar menyampaikan penghargaan kepada Para Pimpinan Gereja yang telah menyediakan diri bersama umat yang dipimpinnya untuk ikut mengayuh bahtera oikoumene ini. Disisi lain Gomar dalam hal ini PGI juga sangat mensyukuri para mitra PGI, pemerintah pusat di bawah pimpinan Presiden RI Bapak Joko Widodo, dan pemerintah di aras propinsi, kebupaten/kota, kecamatan dan aras desa; para mitra dari lembaga gereja lintas denominasi, lembaga agama lintas iman termasuk agama-agama lokal, serta lembaga-lembaga lainnya.
Bahwasanya PGI menikmati kerjasama yang baik selama ini, yang kami rasakan sebagai malaikat yang Tuhan tempatkan di sekitar PGI.
Tak lupa ucapan trimakasih juga kepada Majelis Jemaat GKMI Anugerah, yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Perayaan 74 tahun PGI sore ini. Kita bersyukur atas semangat oikoumenis kita belakangan ini makin menggeliat. Di tengah keragaman denominasi dari 97 sinode gereja anggota (reform, lutheran, metodis, menonite, presbiterian, pentakosta, evangelikal atau injili) berusaha saling menerima dan saling memahami. 25 tahun pertama diskusi struktural atau fungsional. Kesatuan apel atau jeruk. Let church be the church
Cukup banyak inisiatif-inisiatif lokal yang mengimplementasikan pergumulan oikoumenis kita, termasuk dalam menyikapi tiga krisis (kebangsaan, ekologis dan keesaan) dan tantangan perubahan masyarakat akibat budaya digital. Gereja-gereja kita makin terbuka satu sama lain.
Namun kita juga tidak bisa memungkiri masih terdapatnya gereja yang hidup bagaikan di getho, yang hanya hidup untuk dirinya sendiri, dan cenderung mengabaikan realitas yang mengitarinya, sebagian malah cenderung curiga, bahkan menista sekelilingnya. Apalagi ternyata, cukup menggejala hidup peribadahan kita yang begitu marak, nyaris tak mampu menyentuh pergumulan nyata warga jemaat.
Kata healing sedang populer-populernya sekarang ini di masyarakat. Pada ramai membincangkan naik gunung, window shopping di mall, berjemur di pantai dll sebagai bentuk healing. Kita memang membutuhkan itu semua. Yang saya heran dari semua healing itu belum saya temukan yang menyebut ke gereja atau jumpa pendeta sebagai healing. Saya kuatir peringatan Dr Eka Darmaputera akan fenomena “irrelevansi internal dan insignifikansi eksternal” sedang menghinggapi gereja-gereja kita.
Tuaian memang banyak, dan pekerja begitu terbatas. Kita bisa saja merasa, semuanya bagaikan imposible. Tetapi saya percaya, dengan mengandalkan kuat kuasa Roh Kudus, gereja-gereja di Indonesia akan dimampukan mengayuh biduk oikoumene ini, sehingga gereja di Indonesia akan tetap memiliki komitmen untuk ikut menata masyarakat dan bangsa ini menjadi rumah yang nyaman untuk didiami oleh semua. Dari yang impossible, menjadi I’m possible.
Atas dasar itulah, melalui momentum perayaan 74 tahun ini, saatnya kita tunjukkan jati diri kita seturut tema ultah ini: “Menjadi Satu dengan Sempurna”. Dengan demikianlah kita menaati panggilan oikoumenis kita untuk peduli dan berbagi satu sama lain, sehingga tercapailah apa yang dipesankan oleh nats Alkitab: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan”
Mari bersama kita songsong masa depan bersama
Hadir dalam perayaan HUT PGI Ke 74 tahun Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan Menteri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia mengajak agar semua umat Kristen bersatu untuk bersama membangun negeri ini, sembari menceritakan bagaimana butuh kerja keras dan kebersamaan untuk membangun negeri ini. Pemilihan umum sudah selesai mari move on kita bersama toh MK sudah memutuskan, tinggal kita tunggu lagi lima tahun ke depan.
“Saya mengajak umat Kristen bersatu agar menjadi teladan di negeri ini untuk bersama berkontribusi dalam membangun bangsa yang besar ini”, pungkasnya berharap.
Penulis Yusuf M